I.PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Menurut Cahyono (2000) menyimpulkan kembali bahwa habitat air tawar mempunyai faktor pembatas sebagai akibat tingkah laku sifat-sifat air tersebut. Tingkah laku sifat-sifat air pada suatu habitat air tawar di suatu daerah dengan daerah yang lain tidak sama. Biasanya mempunyai suatu ciri yang khusus baik ditinjau dari parameter kimia, fisika maupun biologinya. Parameter fisikanya meliputi konsep-konsep dan pengertian dari intensitas matahari yang akan mempunyai pengaruh terhadap perubahan suhu dan kecerahan. Parameter kimia yang meliputi proses-proses kimiawi yaitu, kandungan oksigen terlarut, kandungan CO2 bebas, alkalinitas, pH, dan kesadahan. Parameter biologinya yaitu pengukuran produktivitas primer yang sangat dipengaruhi oleh metabolisme, fotosintesis, dan pelepasan zat-zat hara.
Kecerahan adalah ukuran transparasi perairan yang di amati secara visual dengan alat bantu yang disebut secchi disc. Keadaan cuaca, kekeruhan air, dan waktu pengamatan sangat berpengaruh terhadap hasil pengukuran. Nilai kecerahan dapat di gunakan untuk menduga plankton, apabila kekeruhan perairan tersebut disebabkan oleh plankton.
Suhu di ukur dengan menggunakan thermometer hg atau thermometer alcohol dengan satuan 0 c. untuk pengukuran suhu kedalaman tertentu digunakan reversing thermometer, thermophone atau thermistor.ketelitian skala thermometer sebaiknya tidak kurang dari 0,1o c. suhu air yang baik bagi kepentingan perikanan adalah kurang lebih 27o c untuk daerah tropis dengan fluktuasi sekitar 3oc.
Perifiton diartikan sebagai kumpulan organism berukuran mikro yang menempel atau menetap pada substrat. Perifiton dibagi berdasarkan tipe substrat yaitu: Epiphytik, Epizooic, Epipelic, Epilithic, Episamic.
Salah satu spesifikasi dari limnologi itu sendiri, yaitu Manajemen Kualitas Air. Dalam hal ini dipelajari bagaimana cara memanajemen air agar mempunyai kualitas yang baik untuk organisme atau kultivan yang dibudidayakan, baik air yang berada di tempat budidaya maupun yang berasal dari sumber air yang dialirkan sampai ke tempat budidaya. Sehingga dengan itu semua diharapkan akan dapat meningkatkan produktivitas kultivan tersebut (Soedarsono,1986).Limnologi diberikan kepada para mahasiswa sebagai dasar pengetahuan mengenai parameter-parameter yang terdapat dalam perairan suatu waduk. Praktikum limnologi ini diberikan atau dilaksanakan sebagai tindak lanjut dari mata kuliah Limnologi yang telah diberikan dan sekaligus sebagai penerapan ilmu yang telah diterima oleh mahasiswa sehingga mahasiswa dapat melihat dan mengamati kualitas air yang layak bagi kehidupan organisme di suatu perairan.
1.2 Tujuan Praktikum
Tujuan dilaksanakannya praktikum Limnologi adalah :
1. untuk mengukur suhu perairan
2. mengukur kecerahan air
3. untuk mengetahui kepadatan perifiton di suatu peairan
1.3. Manfaat Praktikum
Manfaat dilaksanakannya praktikum Limnologi adalah :
1. Praktikan mengetahui lebih luas bagi dalam mata kuliah Limnologi, selain yang diterangkan diperkuliahan.
2. Praktikan dapat mengetahui dan menghitung beberapa parameter yang mempengaruhi WADUK tersebut yang baik bagi ikan tersebut.
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 . Parameter Fisika
2.1.1. Suhu
Suhu air yang merupakan faktor penting yang harus diperhatikan karena dapat mempengaruhi derajat metabolime tubuh ikan. Bila suhu air tinggi, derajat metabolisme ikan akan tinggi. Sebaliknya kalau suhu air rendah, derajat metabolisme ikan pun rendah. Derajat metabolisme ikan berpengaruh terhadap kebutuhan oksigen dan sebanding dengan kenaikan suhu air (Mulyono, 2001).
Suhu udara lebih rendah dibanding suhu air karena dipengaruhi oleh musim, lintang, ketinggian dari permukaan laut, waktu dalam hari, sirkulasi udara, penutupan awan, dan aliran serta kedalaman badan air. Perubahan suhu berpengaruh terhadap proses kimia, fisika dan biologi badan air. Suhu juga sangat berperan mengendalikan kondisi ekosistem perairan. Organisme akuatik memiliki kisaran suhu tertentu bagi pertumbuhannya (Haslam, 1995)
Menurut Cholik et al. (1986), ikan-ikan tropis tumbuh dengan baik pada suhu air antara 25-32oC. Suhu sangat berpengaruh terhadap proses kimiawi dan biologi meningkat dua kali lipat untuk setiap kenaikan suhu sebesar 10oC. Pada keadaan suhu air lebih tinggi, pupuk yang digunakan akan melarutkan lebih cepat dalam air kolam. Demikian pula herbisida akan lebih cepat menghilang daya racunnya dibandingkan dalam air yang suhunya lebih rendah.
2.1.2. Kecerahan
Kecerahan merupakan gambaran kedalaman air yang dapat ditembus oleh cahaya dan visibel untuk mata pada umumnya. Penyinaran cahaya matahari akan berkurang secara cepat sesuai dengan makin tinginya kedalaman (Boyd, 1988). Nilai kecerahan dinyatakan dalam satuan meter. Nilai ini sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca, waktu pengukuran, kekeruhan, dan padatan tersuspensi, serta ketelitian orang yang melakukan pengukuran. Pengukuran kecerahan sebaiknya dilakukan pada saat cuaca cerah (Effendi, 2003).
Kecerahan air tergantung pada warna dan kekeruhan. Kecerahan merupakan ukuran transparansi perairan, yang ditentukan secara visual dengan menggunakan secchi disk, berfungsi untuk menghitung tingkat kekeruhan air secara kuantitatif. Tingkat kekeruhan air tersebut dinyatakan dengan suatu nilai yang dikenal dengan kecerahan secchi disk (Jeffries dan Mills, 1996).
Kecerahan air dalam kolam pemeliharaan ikan juga mempengaruhi hidup dan berkembangnya ikan. Air yang keruh tidak baik untuk budidaya sebab menghambat cahaya matahari untuk menembus ke dasar kolam. Kekeruhan antara lain disebabkan oleh benda halus seperti lumpur dan jasad renik. Kekeruhan air yang disebabkan oleh lumpur dapat diatasi dengan pembuatan kolam pengendapan atau kolam zig-zag pada saluran masuk utama (Susanto, 1986).
Kandungan padatan tersuspensi dalam air juga dapat mengakibatkan penyakit pada ikan, sehingga menyebabkan terganggunya pertumbuhan ikan. Selain itu, kekeruhan juga berpengaruh terhadap daya pandang ikan, sehingga menyebabkan pakan tidak termakan. Kekeruhan di bawah 100mg/liter masih dapat ditolerir oleh sebagian besar spesies ikan (Rejeki, 2001).
2.2. PARAMETER BIOLOGI
PERIFITON
Pada ekosistem perairan mengalir seperti sungai, perifiton (alga menempel) memiliki peran yang lebih besar dalam menentukan produktifitas primer dibandingkan fitoplankton. Selain itu karena hidupnya menempel pada substrat seperti batu, tumbuhan dan lain-lain maka pengaruh kondisi lingkungan terhadap komposisi dan distribusinya akan lebih terlihat dibanding fitoplankton yang terbawa arus. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan biomasa perifiton di sungai adalah suhu,intensitas cahaya, kecepatan arus, pengikisan, substrat, grasing dan nutrien (Hynes dalam Tett et al, 1978). Diatom merupakan salah satu jenis perifiton yang biasanyamendominasi baik dalam jumlah dan jenis, seperti yang ditemukan oleh Sulastri, dkk (2002) di Danau Tabiri, Takapan dan Rengas, Kalimantan Tengah serta Sulawesty (2005) di Sungai Cisadane dan Cinangneng Jawa Barat, sehingga diatom merupakan komponen utama di dalam komunitas perifiton. Disebutkan juga oleh Michael dalam Usman (1989) bahwa diatom epilitik menempati porsi terbesar pada perairan sungai. Secara umum diatom dibagi menjadi dua yaitu diatom centric dan diatom pennate, yang termasuk diatom centric misalnya Stepanodiscus, Melosira dan lain-lain, sedangkan yang masuk diatompennate misalnya Navicula,Synedra, Surirella dan lain-lam. Sebagian besar diatom di perairan sungai hidup menempel baik di batuan, tumbuhan, permukaan sedimen maupun hewan, diatom epilitik adalah diatom yang menempel di batuan. Karena hidupnya menempel maka perubahan lingkungan sangat berpengaruh terhadap komposisi dan distribusinya, Soinen (2004) dalam penelitiannya mendapatkan jenis-jenis diatom yang menjadi indikator perairan sungai di daerah boreal, untuk perairan oligotrofik adalah Achnanthes,
III. BAHAN DAN METODE
3.1 WAKTU DAN TEMPAT
Praktikuum yang berjudul “parameter fisika dan perifiton” di laksanakan pada tanggal 2 desember 2010 pukul 09.30-12.00 WIB. Praktikum ini dilaksanakan di waduk fakultas perikanan dan ilmu kelautan Universitas Riau.
3.2 BAHAN DAN ALAT
Pada praktikum limnology ini alat-alat yang digunakan adalah secchi disk digunakan untuk mengukur kecerahan air, thermometer air digunakan untuk mengukur suhu air, dan mikroskop digunakan untuk melihat organism yang ada di perairan tersebut.
3.3 PROSEDUR
3.3.1 kecerahan
a.turunkan secchi disc keperairan sampai tidak dapat terlihat batas antara hitam dan putih. Dicatat kedalaman (a cm)
b. tarik secchi disc perlahan-lahan ke atas sampai terlihat batas antara hitam dan putih. Dicatat kedalaman (b cm)
c. nilai transparansi dengan rumus : SD cm=
3.3.2. suhu
Thermometer di celupkan kedalam air selama kurang lebih 5 menit dan di catat suhu yang di tunjukkan oleh skala thermometer.
3.3.3. perifiton
• Ambil air sampel, lalu diberi lugol sebanyak 1 atau 2 tetes.
• Teteskan air sampel ke objek glass, lalu amati di bawah mikroskop
• Lalu hitung nilai kelimpahan perifiton.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. HASIL
Dari praktikum parameter fisika dan perifiton yang telah dilaksanakan maka didapatkan hasil sebagai berikut:
SUHU : yang di dapatkan 20 C
Kecerahan :
Table hasil pengamatan perifiton
spesies 1,2,3,4,5 N
Sel atau ind N
Sel /mm2
1
5
3
1
Rumus:
N =n
DIK
A= 324
B= 9,4 mm2
C= 12ml
D= 0,25ml
E= 18,75 mm2
DIT: N SPESIES
N= =
4.2 PEMBAHASAN
Suhu
Suhu air yang merupakan faktor penting yang harus diperhatikan karena dapat mempengaruhi derajat metabolime tubuh ikan. Bila suhu air tinggi, derajat metabolisme ikan akan tinggi. Sebaliknya kalau suhu air rendah, derajat metabolisme ikan pun rendah. Derajat metabolisme ikan berpengaruh terhadap kebutuhan oksigen dan sebanding dengan kenaikan suhu air (Mulyono, 2001).
Suhu udara lebih rendah dibanding suhu air karena dipengaruhi oleh musim, lintang, ketinggian dari permukaan laut, waktu dalam hari, sirkulasi udara, penutupan awan, dan aliran serta kedalaman badan air. Perubahan suhu berpengaruh terhadap proses kimia, fisika dan biologi badan air. Suhu juga sangat berperan mengendalikan kondisi ekosistem perairan. Organisme akuatik memiliki kisaran suhu tertentu bagi pertumbuhannya (Haslam, 1995)
Menurut Cholik et al. (1986), ikan-ikan tropis tumbuh dengan baik pada suhu air antara 25-32oC. Suhu sangat berpengaruh terhadap proses kimiawi dan biologi meningkat dua kali lipat untuk setiap kenaikan suhu sebesar 10oC. Pada keadaan suhu air lebih tinggi, pupuk yang digunakan akan melarutkan lebih cepat dalam air kolam. Demikian pula herbisida akan lebih cepat menghilang daya racunnya dibandingkan dalam air yang suhunya lebih rendah.
Kecerahan
Kecerahan merupakan gambaran kedalaman air yang dapat ditembus oleh cahaya dan visibel untuk mata pada umumnya. Penyinaran cahaya matahari akan berkurang secara cepat sesuai dengan makin tinginya kedalaman (Boyd, 1988). Nilai kecerahan dinyatakan dalam satuan meter. Nilai ini sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca, waktu pengukuran, kekeruhan, dan padatan tersuspensi, serta ketelitian orang yang melakukan pengukuran. Pengukuran kecerahan sebaiknya dilakukan pada saat cuaca cerah (Effendi, 2003).
Kecerahan air tergantung pada warna dan kekeruhan. Kecerahan merupakan ukuran transparansi perairan, yang ditentukan secara visual dengan menggunakan secchi disk, berfungsi untuk menghitung tingkat kekeruhan air secara kuantitatif. Tingkat kekeruhan air tersebut dinyatakan dengan suatu nilai yang dikenal dengan kecerahan secchi disk (Jeffries dan Mills, 1996).
Kecerahan air dalam kolam pemeliharaan ikan juga mempengaruhi hidup dan berkembangnya ikan. Air yang keruh tidak baik untuk budidaya sebab menghambat cahaya matahari untuk menembus ke dasar kolam. Kekeruhan antara lain disebabkan oleh benda halus seperti lumpur dan jasad renik. Kekeruhan air yang disebabkan oleh lumpur dapat diatasi dengan pembuatan kolam pengendapan atau kolam zig-zag pada saluran masuk utama (Susanto, 1986).
Kandungan padatan tersuspensi dalam air juga dapat mengakibatkan penyakit pada ikan, sehingga menyebabkan terganggunya pertumbuhan ikan. Selain itu, kekeruhan juga berpengaruh terhadap daya pandang ikan, sehingga menyebabkan pakan tidak termakan. Kekeruhan di bawah 100mg/liter masih dapat ditolerir oleh sebagian besar spesies ikan (Rejeki, 2001).
PERIFITON
Pada ekosistem perairan mengalir seperti sungai, perifiton (alga menempel) memiliki peran yang lebih besar dalam menentukan produktifitas primer dibandingkan fitoplankton. Selain itu karena hidupnya menempel pada substrat seperti batu, tumbuhan dan lain-lain maka pengaruh kondisi lingkungan terhadap komposisi dan distribusinya akan lebih terlihat dibanding fitoplankton yang terbawa arus. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan biomasa perifiton di sungai adalah suhu,intensitas cahaya, kecepatan arus, pengikisan, substrat, grasing dan nutrien (Hynes dalam Tett et al, 1978). Diatom merupakan salah satu jenis perifiton yang biasanyamendominasi baik dalam jumlah dan jenis, seperti yang ditemukan oleh Sulastri, dkk (2002) di Danau Tabiri, Takapan dan Rengas, Kalimantan Tengah serta Sulawesty (2005) di Sungai Cisadane dan Cinangneng Jawa Barat, sehingga diatom merupakan komponen utama di dalam komunitas perifiton. Disebutkan juga oleh Michael dalam Usman (1989) bahwa diatom epilitik menempati porsi terbesar pada perairan sungai. Secara umum diatom dibagi menjadi dua yaitu diatom centric dan diatom pennate, yang termasuk diatom centric misalnya Stepanodiscus, Melosira dan lain-lain, sedangkan yang masuk diatompennate misalnya Navicula,Synedra, Surirella dan lain-lam. Sebagian besar diatom di perairan sungai hidup menempel baik di batuan, tumbuhan, permukaan sedimen maupun hewan, diatom epilitik adalah diatom yang menempel di batuan. Karena hidupnya menempel maka perubahan lingkungan sangat berpengaruh terhadap komposisi dan distribusinya, Soinen (2004) dalam penelitiannya mendapatkan jenis-jenis diatom yang menjadi indikator perairan sungai di daerah boreal, untuk perairan oligotrofik adalah Achnanthes,
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Dari pengamatan tentang perifiton dan parameter fisika adalah parameter fisika mengguunakan pengukurannya dengan kecerahan dan suhu. Sedangkan kita juga menghitung kelimpahan perifiton di perairan tersebut.
5.2 SARAN
Praktiukum ini agar di buat lebih baik lagi dari pada praktikum hari ini.
DAFTAR PUSTAKA
Cole, G.A. 1988. Textbook of Limnology. Third edition. Wafeland Press, Inc., Illinois: USA. 401p.
Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air. Kanisius: Yogyakarta.
Ghufron dan Kordi. 1997. Laut Nusantara. Djambatan: Bandung.
Hutabarat, Sahala dan Evans. 1986. Pengantar Oceanografi. Universitas Indonesia Press : Jakarta.
Jeffries, M. and Mills D. 1996. Freshwater Ecology, Principles, and Application. John Wiley and Sons, Chichester, UK. 285p.
Mc Neely et al. 1979. Water Quality Source Book, A Guide to Water Quality Parameter. Inland Water Directorate, Water Quality Branch: Ottawa, Canada. 89 p.
Nybakken, J. 1992. Biologi Laut : Suatu pendekatan Ekologis. Gramedia, Jakarta.
Novonty dan Olem. 1994. Kualitas Air untuk Ikan Hias Air Tawar. Penebar Swadaya. Jakarta.
Odum, E.P. 1971. Fundamental of Ecology. W.B. Sounder Company: Toronto.
Wardoyo, Haslam dan K. Braptohardjo. 1978. Kualitas Air. untuk Bidang Perikanan. Institut Pertanian Bogor: Bogor.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………….…………….i
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………………………………………….ii
DAFTAR TABEL……………………………………………………………………………………………………………….…..iii
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………………………………………………………………iv
I.PENDAHULUAN 1
1.1 LATAR BELAKANG 1
1.2 Tujuan Praktikum 3
1.3. Manfaat Praktikum 3
II TINJAUAN PUSTAKA 4
2.1 . Parameter Fisika 4
2.1.2. Kecerahan 4
2.2. PARAMETER BIOLOGI 5
PERIFITON 5
III. BAHAN DAN METODE 6
3.1 WAKTU DAN TEMPAT 6
3.2 BAHAN DAN ALAT 6
3.3 PROSEDUR 6
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 7
4.1. HASIL 7
4.2 PEMBAHASAN 9
Suhu 9
V. KESIMPULAN DAN SARAN 13
5.1 KESIMPULAN 13
5.2 SARAN 13
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
TABEL HASIL PENGAMATAN………………………………………………………………………………………………7
Tidak ada komentar:
Posting Komentar